Petugas keamanan penjara Welikada menyelamatkan rekannya yang terluka.
Militer Sri Lanka dilibatkan untuk memadamkan kerusuhan di penjara Welikada di ibukota Sri Lanka, Kolombo, yang sejauh ini telah menewaskan 27 orang dan melukai 43 orang.
Baku tembak dilaporkan terjadi di dalam penjara setelah para narapidana berhasil merebut senjata aparat polisi yang berusaha menangkap sejumlah napi yang dianggap melakukan provokasi, demikian keterangan pihak berwenang, Sabtu (10/11).
Menteri lembaga pemasyarakatan Sri Lanka Chandrasiri Gajadeera mengatakan, sebelas mayat ditemukan di dalam penjara Kolombo Welikada, setelah para tahanan terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian.
"Enam belas mayat berada di rumah sakit dan sebelas lainnya ditemukan di penjara saat ini," kata Gajadeera kepada palremen Sri Lanka. "Saya telah menunjuk sebuah komite untuk menyelidiki insiden ini."
Kerusuhan yang terjadi Jumat (09/11) adalah kerusuhan di penjara yang terburuk sejak Juli 1983 ketika lebih dari 50 orang tahanan yang beretnis Tamil dibantai di dalam penjara oleh etnis Sinhala yang merupakan penghuni mayoritas.
Kekerasan itu dipicu ketika pasukan polisi berusaha menangkap seorang napi yang dianggap sebagai provokator.
Sejumlah laporan menyebutkan, terdengar bunyi tembakan dari dalam penjara. Sebagian narapidana kemudian disebutkan berhasil menyita senjata milik polisi.
Polisi meminta bantuan aparat militer untuk mengatasi aksi kekerasan yang sudah berlangsung sejak Jumat (09/11) malam waktu setempat.
Dikhawatirkan aksi kekerasan akan berlanjut terus dalam penjara Welikada yang dihuni sekitar 4.000 narapidana.
Ini bukanlah bentrokan pertama di penjara Sri Lanka. Pada Januari lalu, 25 orang tahanan dan empat penjaga terluka akibat bentrokan, dan pada 2010 lalu lebih dari 50 anggota polisi dan penjaga penjara terluka dalam sebuah kerusuhan.
Merebut senjata polisi Seperti dilaporkan wartawan BBC di Sri Lanka, Charles Haviland, seperti penjara-penjara lainnya di Sri Lanka, penghuni penjara Welikada melebihi kapasitas.
Quote:
Para napi berhasil merebut senjata polisi dan memamerkannya dari atap penjara.
Aksi kekerasan pada Jumat, menurut Haviland, tampaknya tidak terkait isu etnis, seperti Ada Sinhala, Tamil dan tahanan Muslim.
Tapi di masa lalu ada pembunuhan berlatar rasial, kata Haviland. "Yang paling terkenal adalah yang terjadi pada Juli 1983 ketika 53 napi beretnis Tamil dibantai oleh napi beretnis lainnya".
Direktur Rumah Sakit Nasional di Kolombo, Anil Jasinghe sebelumnya mengatakan, dari 13 orang tewas yang tewas, 11 orang diantaranya adalah narapidana.
Disebutkan sebagian diketahui tewas setelah berusaha melarikan diri dari penjara. Mereka ditembak oleh aparat keamanan Sri Lanka, seperti dilaporkan kantor berita Associated Press.
Sedikitnya 32 orang yang luka-luka dilarikan ke rumah sakit, kata Jasinghe kepada kantor berita AFP. "Enam diantaranya dalam kondisi kritis," kata Jasinge.
Namun demikian, menurut Wartawan BBC Charles Haviland , sejauh ini masih belum jelas berapa orang yang tewas di dalam penjara.
Beberapa laporan menyebutkan, para napi yang berhasil merebut senjata milik polisi kemudian menyandera pegawai penjara.
Para narapidana kemudian terlihat mengangkat senapan dari atap bangunan penjara. Namun demikian, penasihat senior kementerian lembaga pemasyarakatan mengatakan bahwa mereka telah mampu mengendalikan situasi.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia...a_prison.shtml Lanjutannya di sini :
Oposisi Tuduh Tentara Sri Langka Melakukan Pembantaian Pada Kerusuhan Lalu =======================================================================
Wah serius nih oposisi, tuh bukannya para terpidana dah pada pegang senjata... Klo nda ditembak mo diapain... diajak berunding ???
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.