Sorry, Jokowi Bukan Untuk Jakarta Tapi Untuk Indonesia, Lihat Jokowi dengan Hati Nurani Beliau adalah RI 2014! Tidak mengherankan bila kini banyak yang memperebutkan sosok Joko Widodo yang kini masih menduduki jabatan sebagai Walikota Kota Surakarta (Solo) untuk yang kedua kalinya. Sayangnya mereka memplot Jokowi (panggilan akrab Joko Widodo) sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI). Padahal bila mereka mampu melihat dengan matahati, mereka akan tahu, bahwa Jokowi adalah seorang Satrio Piningit Sinisihan Wahyu yang sedang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia yang sejak kepergian Bapak Proklamator Ir. Soekarno nasibnya hanya menjadi masyarakat babu yang selalu diperas, ditindas, dipinggirkan baik oleh bangsanya sendiri maupun oleh bangsa asing.
Walikota Kota Surakarta (Solo), Ir. Joko Widodo atau akrab dipanggil Jokowi, dikenal sebagai pemimpin yang sederhana, tegas, jujur dan selalu berpihak pada wong cilik. Ia bertekad mengubah wajah kota Surakarta menjadi lebih sejahtera, hijau dan modern tanpa menghilangkan jati diri sebagai masyarakat Jawa yang setia memegang budaya dan tradisi.
Pria kelahiran Surakarta, Solo, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini sejak kecil sudah terbiasa hidup sederhana dan prihatin. Berangkat dari kesederhanaan itulah, Joko Widodo dibentuk menjadi pribadi tegas, sederhana, jujur apa adanya, berani melawan arus dan berkomitmen tinggi untuk mengabdi pada rakyatnya. Sikap 'tepo seliro' (tenggang rasa) yang ditunjukkan kedua orang tuanya juga menjadi sumber inspirasi dan pegangan Joko Widodo dalam menjalani hidup.
Sebagai anak 'tukang kayu", setelah lulus dari SMAN 6 Solo, Joko Widodo meneruskan kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Karena tergolong mahasiswa yang bermodal pas-pasan, ia harus pandai-pandai mengelola keuangan. Ia juga harus sering menahan diri bila menginginkan sesuatu. Kondisi ini belakangan menjadi bermanfaat ketika ia menggeluti dunia bisnis sebagai pengusaha mebel. Semasa kuliah, Jokowi mengisi waktunya dengan kegiatan lintas alam seperti naik gunung dan sebagainya. "Kegiatan saya waktu menjadi mahasiswa itu naik gunung, main basket dan camping," ujar lulusan SDN 111 Tirtoyoso Solo ini.
Setelah lulus menjadi Sarjana Kehutanan UGM di tahun 1985, Jokowi tidak langsung bekerja di Solo. Dia merantau ke Aceh dan bekerja di sebuah BUMN. Tidak lama kemudian, ia kembali ke Solo dan bekerja di CV. Roda Jati, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan.
Setelah merasa cukup dengan pengalamannya di bisnis perkayuan, Jokowi memutuskan berhenti bekerja dan memulai berwirausaha di bidang mebel di tahun 1998. Jatuh bangun dalam merintis usaha juga dirasakan suami dari Iriana ini. Dengan kesabaran dan kerja keras, ia kembangkan bisnis dari pemain lokal menjadi eksportir. "Alhamdulillah, bisnis yang saya tekuni ini mampu memberi kehidupan bagi saya dan keluarga," ujar mantan ketua Asosiasi Mebel Indonesia (ASMINDO) cabang Surakarta ini.
Jokowi memang terbilang seorang pemimpin yang fenomenal. Ketika mencalonkan diri sebagai walikota bahkan hingga saat ia terpilih, banyak yang meragukan kemampuannya. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif yang ia lakukan. Dalam penataan kota, ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya dahulu.
http://www.indowatch.com/tokoh/polit...adalah-ri-2014 part 1
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.