Paris - Pengadilan Prancis memutuskan membuka kasus kematian pemimpin Palestina, Yasser Arafat, pada 2004. Keputusan tersebut, kata jaksa, menyusul klaim istri Arafat, Suha, yang menyebutkan bahwa kematian suaminya kemungkinan besar akibat diracun.
Sejumlah pejabat Prancis, Selasa, 28 Agustus 2012, mengatakan jaksa setuju dengan keputusan itu, tetapi mereka meminta keterlibatan seorang hakim investigasi.
Pengumuman hakim ini berlangsung setelah Suha Arafat bulan lalu meminta pengadilan di bagian barat Paris, Nanterre, menindaklanjuti hasil invertigasi Al Jazeera selama sembilan bulan.
Investigasi itu menyebutkan bahwa sejumlah barang pribadi milik pemimpin Palestina yang terakhir dikenakan mengandung polonium tingkat tinggi dan radiokatif.
Para ilmuwan di Institut de Radiophysique di Lausanne, Swiss, yang mempelajari barang-barang pribadi Arafat atas permintaan Al Jazeera mengatakan bahwa pakaian Arafat dan sikat giginya ternyata mengandung pololium-210, sebuah zat radioaktif tingkat tinggi. Melalui hal ini bisa disimpulkan bahwa kemungkinan besar dia diracun.
Radioaktif yang sama pernah ditemukan untuk membunuh bekas mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko, di London pada 2006.
Arafat meninggal di sebuah rumah sakit militer di Paris pada 2004, sebulan setelah diterbangkan ke Prancis ketika kesehatannya mulai memburuk dari markas besar PLO di Ramallah.
Seorang pengacara yang disewa Suha Arafat, Marc Bonnant, mengatakan kepada radio Europe 1 bahwa Pengadilan Prancis benar dalam mengambil keputusan di wilayah hukumnya untuk melakukan investigasi kasus ini sejak Arafat meninggal di Prancis.
"Tes yang dilakukan di Swiss menunjukkan bahwa Arafat meninggal kemungkinan besar akibat diracun," ujar Bonnant. "Hipotesa ini harus dibuktikan. Jika memang benar terjadi, maka hal tersebut merupakan pembunuhan berencana."
Suha Arafat mengatakan kecurigaannya muncul ketika pihak rumah sakit tempat suaminya dirawat menghancurkan darah dan sampel urin milik Arafat. Otoritas Palestina merencanakan mengangkat kembali mayat Arafat dari pemakaman di Ramallah untuk diotopsi. Sedangkan Tunisia meminta Liga Arab segera mengadakan pertemuan untuk membahas kematian Arafat.
Clayton Swisher dari Al Jazeera yang berada di balik investigasi kematian Arafat mengatakan kecurigaan penyebab kematian Arafat sudah lama terjadi.
"Selama delapan tahun, politik seringkali dipengaruhi oleh misteri kematian Yasser Arafat. Terus terang, saya terkejut politik telah keluar dari ruang sidang. Saya bahagia Pengadilan Prancis bersedia menindaklanjuti temuan ilmuwan yang bekerja di laboratorium Swiss," ujar Swisher.
Yigal Palmor, juru bicara Menteri Luar Negeri Israel, mengatakan, "Hal ini tak ada hubungannya dengan kami. Keluhan Suha Arafat kepada polisi Prancis tidak dialamatkan ke Israel atau siapa pun," katanya. "Jika sistem pengadilan Prancis memutuskan melakukan investigasi, kami berharap hal itu akan menjelaskan kasus ini (kematian Arafat)," Palmor menegaskan
jangan lupa
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.